Skip to main content
Artikel

KISAH NYATA : NARKOBA MENJERAT PEKERJA MALAM

Dibaca: 36 Oleh 15 Sep 2020November 15th, 2020Tidak ada komentar
KISAH NYATA : NARKOBA MENJERAT PEKERJA MALAM
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

Bunga, bukan nama aslinya, adalah salah satu pekerja di klub malam yang terjaring razia penegak hukum Februari 2020 lalu. Bunga lahir dan besar di salah satu kota di Sumsel, Kota Agung.

Ayahnya adalah pecandu narkoba, kemudian berpisah dengan ibunya. Bunga membenci perilaku ayahnya, pemakai narkoba, mengalami keributan dengan ibunya, dan akhirnya pergi dengan tidak punya tanggung jawab terhadap lima anak-anaknya. Bunga yang bercita-cita menjadi militer gagal daftar karena dalam perjalanan menuju pendaftaran mengalami masalah pembegalan. Kayu Agung memang termasuk kota yang rawan di Sumsel. Bunga kemudian mencoba peruntungan ke Ibu Kota. Dua orang kakaknya Bunga juga pemakai narkoba. Sehingga Bunga benar-benar membenci narkoba karena dampaknya terlihat di kehidupan keluarganya.

Merantau ke Jakarta

Berbekal informasi dari temannya, Bunga merantau ke Jakarta. Dia bekerja di salah satu tempat karaoke di Jakarta Selatan. Bunga harus bersusah payah melepas jilbabnya saat masuk ke tempatnya bekerja, club malam-karaoke. Perlahan, Bunga memutuskan melepaskan jilbab yang sudah dia kenakan sejak belia. Alasannya, tidaklah pantas mengenakan jilbab padahal pekerjaannya di tempat club malam-karaoke.

Bunga dituntut bekerja 8 jam satu hari. Jam kerja dari sore atau malam hari sampai larut pagi. Bunga memiliki kemampuan bernyanyi. Dengan penghasilan yang ada, Bunga berniat menabung. Faktanya, uang yang diperolehnya sering menguap untuk keperluan perawatan kecantikan, shopping, makan, dan seterusnya. Tabungan tetap kosong, menguap seolah dimakan jin.

Bunga kemudian menjadi perempuan malam Jakarta pada umumnya. Pagi hingga siang adalah waktu untuk istirahat. Namun, Bunga juga manusia yang mempunyai sisi fitrah, dia masih mengingat Tuhannya, membiasakan sholat subuh sebelum melanjutkan istirahat.

Terjerat Narkoba

Sejak awal tahun 2020, Bunga mendapat tawaran kerja di tempat baru dengan penghasilan lebih menjanjikan. Dari menjadi penyanyi di klub malam, Bunga mencari peruntungan sebagai LC (Ladies Company) di tempat hiburan malam kenamaan di Ibu Kota.

Pekerjaannya adalah menjadi pelayan tamu. Selain mendapatkan honor dari jumlah voucher yang diperoleh, Bunga juga mendapatkan uang tips dari tamu. Besaran tips tergantung tamu, tidak ada standar. Umumnya, semakin total melayani tamu, maka dia akan mendapatkan tips lebih besar. Sementara tiap voucher diperoleh dari melayani satu orang tamu.

Di tempat kerja baru tersebut, rekannya, yang juga karyawan baru, menilai bahwa tempat ini cukup tinggi peredaran narkobanya. Indikasinya adalah dari jumlah air mineral yang dijual. Temannya yang lebih berpengalaman melihat ada banyak botol air minum yang berserakan sebagai efek haus dari para pengguna narkoba, khususnya narkoba sintetis amphetamine.

Bunga tidak paham pada mulanya. Sampai dia benar-benar paham ketika dia tidak bisa mengelak atau dipaksa minum pil haram tersebut. Bunga selalu diminta untuk minum pil yang disebut vitamin oleh tamu. Dalam dua pekan, Bunga berhasil mengelabui tamu dengan pura-pura menelannya. Padahal, Bunga hanya menelan dan menaruhnya di bawah lidah. Setelah situasi kondusif, dia akan mengeluarkannya kembali secara diam-diam di kamar mandi. Bunga dapat menahan pil tersebut tidak tertelan minimal 30 menit.

Namun, dua pekan lalu, tamunya mengetahui bahwa Bunga tidak meminumnya dan marah. Karenanya, Bunga mencoba meminumnya, walaupun hanya setengah. Temannya memang memberikan nasihat agar tidak minum langsung satu biji, karena Bunga adalah pemula.

“Saya minum setengah dan seketika merasakan efeknya. Dengan alunan musik breakbeat, kepala saya goyang-goyang. Lalu saya merasakan efek lainnya, efek yang baru saya kenal, saya merasa terbang, saya senang.”

Setelah meminumnya di hari itu, berikutnya Bunga tidak lagi sungkan untuk minumnya. Perasaan bersalah dan takut ada di hatinya, tapi perasaan menikmati efek dari amphetamine mendorongnya. Apalagi disertai pembenaran menghargai tamu, tuntutan bekerja secara professional, dan uang yang dijanjikan.

Selain itu, tempatnya bekerja dikenal aman untuk menggunakan obat-obatan terlarang. Jadi, faktor internal dan eksternal mendukungnya untuk menggunakan amphetamine. Narkoba telah berhasil menjeratnya, efek happy dari candu narkoba telah memengaruhinya. Jika Bunga tidak berhenti saat ini, pada suatu waktu, dia akan dibenci oleh anaknya sendiri, sebagaimana dia membenci ayahnya.

Jadi, berhentilah menggunakan narkoba. Sebelum narkoba menjerat anda dalam mata rantai setan jaringan kejahatan narkoba yang jauh lebih dalam.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel